Rabu, 19 Februari 2014

MACAM - MACAM ZINA

Bismillahirrohmanirrohim

1. Zina al-lamam-Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang.

- Zina Qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya.

- Zina Lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya

- Zina Yadin (zina tangan) yaitu memegang tubuh lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya

2. Zina Sebenarnya Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)

- Zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri, hukumannya adalah dirajam sampai mati.

- Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri, hukumannya adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.

Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan sangsi yang berat bagi pelaku.

Hadist - Hadist Tentang Zina

Hadits 1

لا يحل دم امرئ مسلم ، يشهد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله ، إلا بإحدى ثلاث : النفس بالنفس ،والثيب الزاني ، والمفارق لدينه التارك للجماعة “

Seorang muslim yang bersyahadat tidak halal dibunuh, kecuali tiga jenis orang :
1. Pembunuh,
2. Orang yang sudah menikah lalu berzina,
3. Orang yang keluar dari Islam.(HR. Bukhari no. 6378, Muslim no. 1676)

Catatan : Para ulama menjelaskan bahwa hak membunuh tiga jenis orang di sini tidak terdapat pada semua orang.

Hadits 2

إن من أشراط الساعة :أن يرفع العلم ويثبت الجهل ، ويشرب الخمر ، ويظهر الزنا

“Tanda-tanda datangnya kiamat diantaranya: Ilmu agama mulai hilang, dan kebodohan terhadap agama merajalela, banyak orang minum khamr, dan banyak orang yang berzina terang-terangan(HR. Bukhari no.80)

Hadits 3

ان رجلا من أسلم ، جاء النبي صلى الله عليه وسلم فاعترف بالزنا ، فأعرض عنه النبي صلى الله عليه وسلم حتى شهد على نفسه أربع مرات ، قال له النبي صلى الله عليه وسلم : ( أبك جنون) . قال : لا ، قال : ( آحصنت ) . قال : نعم ، فأمر بهفرجم بالمصلى ، فلما أذلقته الحجارة فر ، فأدرك فرجم حتى مات . فقال له النبي صلى الله عليه وسلم خيرا ، وصلى عليه “

Ada seorang lelaki, yang sudah masuk Islam, datang kepada Nabi Shallallahu’ alaihi Wasallam mengakui dirinya berbuat zina.
Nabi berpaling darinya hingga lelaki tersebut mengaku sampai 4 kali. Kemudian beliau bertanya: Apakah engkau gila..?
Ia menjawab: ‘Tidak’.
Kemudian beliau bertanya lagi : ‘Apakah engkau pernah menikah..?
Ia menjawab: ‘Ya’.
Kemudian beliau memerintah agar lelaki tersebut dirajam di lapangan. Ketika batu dilemparkan kepadanya, ia pun lari.
Ia dikejar dan terus dirajam hingga mati. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan hal yang baik tentangnya. Kemudian menshalatinya ” (HR. Bukhari no. 6820)

Hadits 4

لا يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن “

Pezina tidak dikatakan mu’min ketika ia berzina.
(HR. Bukhari no. 2475, Muslim no.57)

Hadits 5

تغريب الزاني سنة “
Mengasingkan pezina itu sunnah.
(HR. Ibnu Hazm dalam Al Muhalla , 8/349)

Hadits 6

قال أبو هريرة : الإيمان نزه فمن زنافارقه الإيمان ، فمن لام نفسه وراجع راجعه الإيمان

Abu Hurairah berkata : Iman itu suci. Orang yang berzina, iman meninggalkannya. Jika ia menyesal dan bertaubat, imannya kembali. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Syu’abul Iman)



YaAllah jauhkanlah kami dari zina dan haramkanlah api neraka pada kami...

Selasa, 18 Februari 2014

Tidak kita akan menangis

Pada suatu hari, seorang sahabat bertamu kepada rumah sahabatnya. Setelah mengucap salam, diijinkan masuk, dia melangkah ke dalam, menemukan sahabatnya yang sedang berbaring di atas tikar, berbantal pelepah pohon seperti nyiur. Tikar itu tidak besar, bahkan sebagian tubuh sahabatnya itu berada di atas tanah. Pun jelas tidak empuk, hanya tikar seperti tikar pandan. Rumah itu juga sungguh sederhana, yang menatapnya mengundang keharuan.

Menyaksikan sekitarnya, menitikkan air mata sang tamu itu, membuat sahabatnya yg sedang berbaring bertanya, "Wahai sahabatku, kenapa kamu menangis?"

"Bagaimana aku tidak akan menangis, tikar yang kau pakai membuat bekas di tubuhmu, padahal engkau adalah kekasihNya." Sang tamu menjawab lirih, "Kekayaanmu hanya ini, sedangkan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi) duduk di atas singgsana terbuat dari emas."

Sahabatnya tersenyum, "Mereka telah menyegerakan kesenangan yang sebentar lagi pasti berakhir, sementara kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang bepergian pada musim panas. Dia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya."

Yang bertamu adalah Umar Bin Khattab, yang berbaring di tikar adalah Rasulallah.

Mau berapa banyak lagi kisah2 terbaik yang harus kita dengarkan agar kita paham hiduplah sederhana. Mau berapa banyak lagi kita bersilat lidah, menggunakan logika dunia ini, hanya sebagai pembenaran2 nafsu saja. Bahkan yang lebih rumit lagi, kita tega menjual agama demi kesenangan dunia, pun sekaligus tameng atas argumen2 hidup.

Siapapun yang mengambil jalan sebagai pemimpin orang2 banyak; jika mereka tidak mencontoh kesederhanaan Rasul Allah, mereka hanyalah golongan pembual. Mereka dustakan saja contoh terbaik yang pernah ada. Tapi bagaimanalah kita akan bicara soal teladan? Hari ini, orang2 bahkan berebut, berlomba menggapai kekuasaan, berseru2 minta dipilih dalam jabatan tinggi.

Entahlah, mungkin mereka lebih mencontoh Kisra Persia dan Kaisar Romawi.

Sabtu, 15 Februari 2014

Sedikit kata untuk Hidup

Palu Menghancurkan Kaca, Tetapi Palu Membentuk Baja.

Apa makna dari pepatah kuno diatas?

Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu/masalah menghantam, kita akan mudah putus asa, frustasi, kecewa, marah, dan jadi remuk redam. Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. “Mental baja” adalah mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur di saat masalah dan keadaan yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya.

Mengapa demikian? Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa “masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik”. Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dengan palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mereka yang bermental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.

Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yang keliru!

Jika kita adalah “baja”, kita akan selalu melihat palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita. Sebaliknya jika kita “kaca” maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan kita.



Tetap optimis Hamasah.. :)

Jumat, 14 Februari 2014

Ibu...

Wahai angin…
Ku titipkan hembusan cinta suci ini…
Untuk orang terkasih dari orang yang paling ku sayang,
Orang terhebat dari orang-orang teristimewa…
Dia adalah sosok yang dulu aku berada di perutnya selama 9 bulan,
Yang kerap kubentak!
Saat inginku tak terpenuhi
Yang kerap ku acuhkan,
Saat dia penuh harap akanku…
Ibu…
Koreng ini belum juga mengering…
Bahkan nanah itu kian membusuk,
Pada jiwa-jiwa tak tenang…
Pada sujud sepertiga malam itu doaku melambung,
Bertebaran bersama meteor, membentuk satu rasi…
Ku mencipta wajah teduhmu dalam lentera kalbuku…
Nasihat bijakmu menambal luka-luka akhlakku…
Aliran deras dari sudut mataku,
Menyiratkan duka…
Penyesalan,
Dulu, ku menyisakan luka menganga…
Membekas mengguratkan lara,
Keluh kesahmu tak pernah kau adu, padaku…
Kau tegar dalam segala pahitnya kenyataan,
Kini ku terlahir bagai bayi suci…
Merengek…
Memohon,
Mengemis maaf dari hatimu…
Senyum simpul nan renyahmu teramat tulus,
Menyambut segala “kekurangajaranku”
Harapku, bisa terlelap di telapak kakimu
Kelak…
Ingin ku cium kakimu,
Memelukmu erat pada taman-taman syurga
Duduk berdua…
Bercengkerama mesra pada dipan-dipan milikNya…
Ibu…
Kau tahu?
Curahan hidupku untukmu,
Dunia harus tahu bahwa aku sangat mencintaimu…
Rabbi izinkan aku melukis bahagia pada jiwanya…
Menopang segala kepayahannya…
Ibu, I LOVE YOU

Rabu, 12 Februari 2014

Hanya sedikit

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami; pemahaman yang tulus.
(Tere Liye)
 

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”

'' air hujan yang turun membasahi bumi, tak pernah mencaci awan tak pernah marah pada langit, ia rela jatuh ke tanah,
menyatu dan menjadi air yang kotor, hanya karena pasrah dan yakin, bahwa ia mampu menyuburkan bumi yang tandus.

Tak apa ia tak lagi sebersih dulu, tak apa ia kini berada dibawah, di injak kaki-kaki manusia, menelusuri lorong-lorong sempit nan kotor, karena baginya hakikat hidup adalah untuk memberi manfaat bagi yang lain''

Fahamilah hakikat hidup yag sebenarnya, dan jangan pernah putus asa.



Bukankah Tuhan selalu bersama mu dalam keadaan apapun? Yakinlah tiada yang lebih baik selain keputusan-Nya, bertahanlah untuk tetap hidup dengan sisa kekuatan yang tersisa.. bertahanlah untuk orang-orang yang telah hadir dihidupmu, bertahanlah setidaknya untuk mengukir satu senyuman...


Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin..


Bismillahirrohmanirrohim...

Selasa, 11 Februari 2014

Sejarah Valentine Day


VALENTINE DAY (HARI BERKASIH SAYANG)
Menurut pandangan Islam
Benarkah ia hanya kasih sayang belaka ?
 
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)
 
Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.

 SEJARAH VALENTINE:
Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.
Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.
 
Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
 
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
 
Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
 
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

PANDANGAN ISLAM 
Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
 
Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:
Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
 
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
 
Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-
Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam  masalah 'Valentine Day'.
 
1. PRINSIP / DASAR
   Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama  Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
 
2. SUMBER ASASI
   Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan  mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.

3. TUJUAN
   Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan      yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
 
4. OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan    syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan    semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat    mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati    mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
 
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim.  Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.
 
Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
 
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
 
Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.
Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah s.w.t.:
Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
 
Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!!  Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..

Senin, 10 Februari 2014

Tetaplah bersyukur, apapun yang terjadi

Sakit : “Saudaraku, saya datang kepadamu sebenarnya aku ingin Menghapus dosa-dosa yang ada di diri anda ”

Kehilangan : “Saudaraku, saya datang kepadamu sebenarnya ingin Mengganti dengan apa yang lebih baik ”

Harta : “Saudaraku, saya datang kepadamu untuk menyampaikan pesan bahwa saat ini aku sedang di Titipkan kepadamu ”

Jodoh <tak kunjung datang> : “Saudaraku, saya datang kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah tidak ingin antara kau dan Dia ada sosok lain yang menghalangi ”

Sakaratul Maut : “Saudaraku, aku datang untuk menjemputmu untuk pindah dari tempat yang tidak ada di dunia ini menuju tempat yang paling Mulia ”

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)



YaAllah ampunilah hamba yang hina dan nista ini, Ampunilah seluruh keangkuhan dalam diri ini. sungguh hamba mengetahui seluruhnya yang hamba miliki hanyalah titipan tapi hamba selalu memungkiranya. Illahi Rabbi bantu hamba luruhkan sifat-sifat keji ini.
Aamiin..

Selasa, 04 Februari 2014

Bila ini sujud terakhirku

Yaa Allah yaa Robbi…
Bila ini sujud terakhirku, Malam ini aku benar-benar menangis Bersimpuh lemah dihadapan-MU, Terkapar dalam ketidakberdayaan, Menyadari akan keakuanku, Kesombonganku yang kuagungkan.. Sungguh begitu kecilnya diriku dihadapan MU ..

Allahu rabbi...baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air, Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api nerakaMU

Wahai Allah Pemilik Alam ..Tiada berarti apa-apa aku di hadapan-Mu.. Hanyalah butiran debu-debudi dunia dibanding dgn semua ciptaanMu

Yaa Ilahi Rabbi ..
Aku rindu pada Mu ya Robb…
Rindu suasana hatiku yang dulu, Tiada merasa sepi dalam kesendirian, Tiada merasa bising dalam keramaian, Hati yang selalu hadir untuk-Mu, Bermunajah dengan dzikir dan do'a

Ya Allah.. Betapa aku malu
Atas semua yang Kau beri, Padahal diriku terlalu sering membuat-Mu kecewa, Entah mungkin karena ku terlena akan dunia, Sementara kau beri aku kesempatan berulang kali, agar aku kembali padaMu

Ya Rabb.. maafkanlah bila hati tak sempurna mencintaiMu, Namun cinta dalam jiwa hanyalah padaMu, Mohon jangan palingkan mukaMu dariku.

Aku rindu pada Mu ya Robb…
Aku rindu dengan terpaan cahaya-Mu Yang pernah menerangi pekatnya hatiku.. Aku rindu dengan lantunan kalam-Mu, Al-Qur'an surat cinta dariMu, Yang pernah menyadarkan dari keterpurukanku, Aku rindu berdzikir kepada-Mu yang dulu selalu membasahi bibirku, Aku rindu dengan Tahajudku sebagai persembahan ubudiah kepada-Mu

Ya Allah ya Robb, Kekasih hatiku..
Sandaran jiwaku, Bukakanlah mata hatiku, Angkatlah Hijab-hijab ku denganMU.. Mudahkan diriku dalam beribadah, Ringankan diriku dalam bermujahadah, Bimbinglah diriku dalam bermuhasabah, Khusyukkan hatiku dalam bermunajah Untuk menuju gerbang ma’rifah dan Cinta Ku kepada-Mu ..

Aku ingin mencintai-Mu setulusnya, sebenar-benar aku cinta Dalam do'a, Dalam ucapan, Dalam setiap langkahku Aku ingin mendekati-Mu selamanya, sehina apapun diriku, Ku berharap untuk bertemu denganmu ya Rabbi

Bila sujudku karna takut nerakaMU, Bakar aku dengan apinya..
Bila sujudku padamu karena damba surga tutuplah surga itu.. Namun bila sujudku demi Kau semata Jangan palingkan wajahMu, aku rindu menatap keindahanMu, aku rindu menatap keindahanMu, aku rindu menatap keindahanMu..

Aamiin Yaa Allah .. Yaa Latif .. Yaa Ghafur ..

Aamiin Yaa Robbal Alamin ..

Kamis, 30 Januari 2014

Belajar Dari Kesedihan Dan Kebahagiaan

Gw percaya saat kehidupan sedang tak berpihak, saat roda nasib sedang berada di bawah, bukan berarti gw sedang terpuruk.

Gw mengartikannya sebagai tanda untukmelakukan instropeksi diri, dan jika perlu, memulai suatu babak baru kegiatan maupun kehidupan.  Ada orang yang meneteskan airmata kala diliputi kesedihan. Menangislah untuk melepaskan luka dan duka bagi individu yang memerlukannya. Tangisan adalah sesuatu yang manusiawi, baik untuk pria dan wanita. Bukan monopoli kaum hawa semata, juga bukan melambangkan kecengengan.Adakah yang salah dengan air mata? Karena air mata juga diciptakan oleh Tuhan, dimana gw meyakini bahwa apapun yang diciptakan oleh Allah Swt pasti ada manfaatnya.
Jika mendapati hati dan perasaanku hancur berkeping-keping, gw selalu berusaha untuk berpikir optimis bahwa pasti masih ada sesuatu yang tersisa untuk dibangun kembali. Ibarat kehadiran pelangi setelah redanya hujan, hidup akan menjadi lebih indah setelah badai menerpa karena manusia akan lebih dapat menghargai dan mensyukuri kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan.Dan tidak semua orang memiliki keberanian untuk bangkit kembali dari keterpurukan karena hidup itu juga sebuah pilihan.
Gw juga belajar bahwa pertemuan dengan orang-orang yang silih berganti masuk-keluar dalam hidup gw, baik atau jahat, benar atau salah,secara tidak langsung juga merupakan salah satu bagian dari proses pendewasaan diri.Pertemuan-pertemuan dengan banyak tipe manusia tersebut membuat gw mengenal dan merasakan berbagai macam perasaan seperti bahagia, sakit hati, rindu, dan dendam. Tetapi dengan semua itu gw belajar untuk tidak kembali tersakiti maupun menyakiti orang lain.

Sedangkan, Kebahagiaan adalah sesuatu yang gw putuskan di awal. Apakah gw akan bahagia atau tidak, bukan tergantung subjek, predikat maupun objeknya, akan tetapi tergantung bagaimana gw mengatur pikiran gw sendiri. Setidaknya, itu adalah keputusan yang gw buat setiap pagi dan selama gw tetap hidup.
Gw pun menyadari bahwa hidup mempunyai banyak cabang. Dimana juga berarti hidup akan selalu menuntut gw untuk memilih satu cabang dari sekian banyak cabang yang ada. Akan tetapi setiap cabang kehidupan adalah hadiah, dan selama maseh merasa sebagai manusia, gw akan selalu memusatkan pikiran pada pilihan hadiah yang didapat dan menyimpan semua kejadian indah didalamnya bersama sekumpulan kenangan indah lainnya akan setiap hadiah dari masa kehidupan yang telah lewat.
Hukum alam mengatur, umur manusia dengan berjalannya waktu akan semakin tua. Dan seperti kata pepatah, yang akan dikenang dari seorang manusia adalah 'namanya' yang harum sewangi bunga melati, bukan wangi yang seharum bunga bangkai. Tapi itu pun akan dikenang oleh orang lain akan diri gw. Lalu apa yang akan gw kenang untuk diri gw sendiri?
Kenangan indah dari setiap cabang kehidupan yang gw jalani....Kenangan yang membahagiakan akan setiap hadiah yang gw terima dari kehidupan...Hanya itulah yang dapat gw kenang untuk diri gw sendiri dikala telah beranjak tua. Seperti simpanan di bank ataupun simpanan amal jariah, kenangan itulah yang akan melekat pada pikiran sepanjang hidup gw. Seperti hal nya simpanan, di masa tua nanti gw akan mengambil setiap kenangan yang selama ini telah gw simpan, jadi gw akan selalu sedapat mungkin menyimpan setiap kenangan indah dan bahagia yang terjadi di hidup gw.

Gw selalu mengingat enam aturan sederhana untuk menjadi bahagia:

1. Selalu bersyukur dan merasa ikhlas
2. Bebaskan hati dari rasa benci
3. Bebaskan pikiran dari segala kekhawatiran
4. Hiduplah dengan sederhana/tidak berlebihan
5. Berikan lebih banyak dan mengambil lebih sedikit (Give it more and take it less)
6. Jangan terlalu banyak berharap

Senin, 27 Januari 2014

::: Pudarnya Pesona Cleopatra :::

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal. “Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu,” kata ibu.

“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu,” ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi di hatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.

Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “Cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli !” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas Arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk di pelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.

***
Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing.

Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.

Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab, “tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga.”
Ada kekagetan yang kutangkap di wajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, “Kenapa Mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa Mas sudah tidak mencintaiku,” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih.
“Wallahu a’lam,” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau Mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri, kenapa Mas ucapkan akad nikah?”
“Kalau dalam tingkahku melayani Mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa Mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa Mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan Mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku di dunia ini,” Raihana mengiba penuh pasrah.

Aku menangis menitikkan air mata, bukan karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku, menyiapkan segalanya untukku.

***
Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai di rumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi. Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir.
“Mas tidak apa-apa,” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih,” lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. ”Mas airnya sudah siap,” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri di depan pintu membawa handuk. ”Mas aku buatkan wedang jahe.” Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.
Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. “Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. ”Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”.
“Biasanya dikerokin,” jawabku lirih. “Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin,” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengeroki punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus.

Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra.
Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya. “Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu,” kata Ratu Cleopatra. “Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu.” Aku mempersiapkan segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba “Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya,” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. “Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya,” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam.
Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.
Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
***
“Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang,” suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.
Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. “Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. “Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!,” panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan.

“Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil ‘dinda’. Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat
bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana
dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar di bibirnya. “Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?” Hana begitu bahagia.
Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah.
Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini. Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan aqiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga!” sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.
Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik di kampusnya dan hafal al-Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.
Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku.

Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. “Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu,” kata ibuku. “Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.
Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya, “Mana tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. “Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta,” gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia ke rumahnya.
Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal di kontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, “Mas, untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh di bawah bantal, nomor pin-nya sama dengan tanggal pernikahan kita.”

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.
Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas di hati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut.

Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.
Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa Arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa Arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang Mesir.

Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa Arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. ”Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak Qalyubi.
“Alhamdulillah, sudah,” jawabku.
“Dengan orang mana?”.
“Orang Jawa.”
“Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”.
“Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran”.
“Kau sangat beruntung, tidak sepertiku.”
“Kenapa dengan Bapak?” “Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang”.
“Bagaimana itu bisa terjadi?.”
“Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Di sana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia.

Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantik itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.
Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al-Azhar yang hafal al-Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.

Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S-1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan.
Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali, Yasmin tidak bisa.

Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.

Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.
Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedi yang menyakitkan. “Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir.”

Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.
Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.
Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang.”

Mendengar cerita Pak Qalyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala di dindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.
Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan di bawah bantal. Di bawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong.

Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi, ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.
“Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh di hadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah Kau muliakan hamba dengan al-Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok ke dalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba,” tulis Raihana.
Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa, “Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintu-Mu, melabuhkan derita jiwa ini ke hadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.

Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau.”

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tangannya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angin sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat di mata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana.

Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis.
“Mana Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa
sebenarnya yang telah terjadi.
“Raihana…, istrimu….istrimu dan anakmu yang di kandungnya”.
“Ada apa dengan dia?”
“Dia telah tiada.”
“Ibu berkata apa!”
“Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya”. Hatiku bergetar hebat. “Kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”.

“Ketika Raihana di bawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, jadi maafkanlah kami.”

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira. Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru di kuburan pinggir desa. Di atas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua. . .

Minggu, 26 Januari 2014

Mencoba merenung

Suatu hari, seorang ayah sedang duduk diteras depan. Lalu anaknya yang sudah menginjak usia dewasa datang menghampiri,“Pak, beli motor ya?”, pintanya.

Ayah tak menjawab, hanya diam dan mengusap kepalaku. Tak ada jawaban, ia pun pergi meninggalkan ayahnya. Tiga hari kemudian, dia kembali lagi. “Ayah, sekarang ade banyak sekali kerjaan yah.

Coba deh ayah bayangin, bolak balik kampus, udah gitu harus ngajar disekolah yang jauh, naek angkot sekitar 45 menit”, tuturnya.

“trus?”, balas Ayahanda tercinta.

“hemm, jadi kadang kakiku pegel yah, trus kalo di angkot suka ketiduran, eh malah sakit leher. Kayaknya kalo punya kendaraan
sendiri, gak kan pegel pegel deh yah?”,jelasnya.

Seperti biasa, ayah tak menjawab. Pelan, dengan penuh sayang ia belai anak tercintanya itu. Merasa tidak puas, ia pun pergi meninggalkan ayah anda tercinta.

Satu minggu kemudian, ia pun kembali menghampiri ayah yang sedang asyik baca koran.

“Yah, kemarin ada temen yang nawarin motor. Murah loh yah, masih bagus pula”,katanya.

“wah, berapa harganya?”, jawab ayah.

“tujuh juta yah, murah kan?”, balasnya.

“Ohh…”, lalu ayah terdiam tanpa ada satu kata pun keluar.

Singkat cerita, malam harinya, si anak terbangun dari tidurnya, padahal masih pukul 02.30 dini hari. Karena nanggung tidur lagi,
akhirnya ia putuskan tuk menunggu adzan subuh dengan shalat malam.

Lepas mengambil air wudhu, ia mendengar suara bisik orang mengobrol. Ia pun mencoba
mendekatinya, dan ternyata bersumber dari kamar kedua orang tuanya.

Ia pun merapatkan telinganya ke daun pintu, berusaha menyimak obrolan didalam.

“Bu, tabungan masih ada?”, tanya ayah.

“masih, kenapa yah?”, jawab ibu tenang.

“ada berapa bu?”, tanya ayah kembali.

“lumayan, ada tiga juta. Tapi, ibu anggarkan untuk bayar uang kosan sama bayar kuliah ade. Emang kenapa yah?”

“ohh, enggak. Kalo ditambah tabungan ayah jadi enam juta, masih kurang satu juta lagi. Gimana yah bu?”,tutur ayah pelan.

“emang buat apa yah?”, tanya ibu, heran.

“gini bu, ade butuh motor, harganya tujuh juta”, jawab ayah.

“Ohh, buat itu. Ya udah, sisanya kita pinjem ke bank aja yah, gimana?”, saran ibu.

“Bisa sih, tapi uang ibu itu, gimana? Buat bayar ini dan itu..”, kata ayah.

“gampang aja, ibu bisa pinjem dulu ke tetangga sebelah. Yang penting ade punya motor, mungkin dia butuh yah”, tutur ibu.

“iya bu, ayah gak tega kalo setiap hari ade harus jalan, kakinya pegel, atau naek angkot sampe lehernya sakit, bolak balik kampus. Gimana kalo ade sakit karena kecapean bu, ayah khawatir”, jelas ayah.

“ya udah, ambil aja tabungan ibu yah. Sisanya kita cari besok, moga aja dapet. Ntar kita beli motor yang bagus buat ade, biar gak pegel pegel lagi”, kata ibu.

Si anak yang mendengar obrolan malam itu, hanya diam terpaku dibelakang pintu. Ia jatuh lunglai, lemas mendengar obrolan ayah dan ibunya. Namun segera ia bangkit dan jalan perlahan menuju kamar.

Delapan rakaat tahajjud, ditutup witir ia tunaikan. Setangkai do’a ia lantunkan, bisik lirih hatinya disertai deraian air mata,

“Ya Rabb,, betapa naif dan egois diri hamba. Mudah mulut hamba berucap, minta ini dan itu. Tanpa hamba tau, betapa sulit ayah dan
ibu tuk mengabulkannya.

Ya Rabb,, ampuni hamba, atas kelalaian ini. Ampuni dan lindungi pula kedua orang tuaku, yang selalu tersenyum didepanku, selalu memberikan motivasi padaku, selalu mengerti aku…walaupun, sedikit aku mengerti mereka.

Ya Rabb, dewasakanlah aku, agar menjadi anak yang baik dan hamba yang baik, amin”

Seperti panas gersang tersiram hujan, ketenangan mengalir dalam darahnya. Esok paginya, dia menghampiri ayah yang sedang duduk diteras.

“Ayah, ade baca artikel tentang kesehatan. Ternyata, jalan kaki itu sehat yah, apalagi kalo rutin. Pantes yah, ade jadi jarang sakit.
Trus, ade tau supaya gak sakit leher di angkot, ade harus duduk di kursi depan, jadi posisi tubuh ade lurus. Jadi, gak punya kendaraan sendiri juga, oke aja tuh. Toh, entar kalo punya ribet ngerawatnya yah… “

Ayah hanya tersenyum, dan membelai penuh sayang anaknya tercinta. Sesekali ia menyeka
air mata yang menyembul dari katanya.

***
Kadang kita suka meminta sesuatu pada seseorang, terutama ayah dan bunda kita, tapi kita tak pernah sadari sekalipun memikirkan
bagaimana perjuangan mereka untuk membahagiakan kita.

Saat ayah dan bunda tak mengabulkan keinginan kita, bukan berarti mereka pelit,
TAPI ada banyak hal yang menyebabkan itu terjadi.
Saya orang-orang yang begitu menyayangimu jangan lewatkan waktummu bersama mereka yang begitu indah :)
bismillah, Hamasah :)

Kamis, 09 Januari 2014

Pilih Dia atau Dia??????


Jika Ada dua orang yang ingin menjadikanmu sebagai pendamping hidupnya..

Maka :

Pilihlah dia yang mencintaimu dengan kekuranganmu..
Pilihlah dia yang akan menegurmu jika kamu salah.
Pilihlah dia yang siap lahir bathin untukmu.
Pilihlah dia yang tak suka membandingkan kekuranganmu dengan kelebihan orang lain..
Pilihlah dia yang tak suka mempamerkan kelebihannya.
Pilihlah dia yang bisa menuntunmu kepada Sakinah Mawaddah Warohmah..

Dan :

Jangan pernah engkau melihat dari pakaiannya..
Jangan pernah engkau melihat dari Hartanya..
Jangan pernah engkau melihat dari pangkatnya..
Jangan pernah engkau melihat dari wajahnya..

Semoga aku,kamu dan semuanya mendapatkan pendamping hidup yang Sholeh dan Sholehah..

Aamiin.

Rabu, 08 Januari 2014

Goresan Cerita 2

Disaat mimpi membawa luka, angan menghancurkan sisa-sisa serpihan..
percayalah aku disini dan akan terus disini...
Cinta, Rindu, Benci bukan kah semuanya menjadi begitu sederhana bagimu? 
bukan aku tak merindu..
aku bahkan sangat merindukan hal-hal yang menjadi khayalanku..
dan khayalan itu yang membuat aku terus bertahan, menikmati luka-luka yang berharap aku akan menyerah...   
kau tahu, dan kau pasti tahu. tepat dihari dan tanggal yang sama, luka- luka itu menyapa..
memaksa kaki melangkah mengais janji-janji kehidupan yang lebih baik..
mawar akan tetap tumbuh di tegarnya karang, percayalah..
tidak sekarang mungkin esok atau lusa atau bahkan dikehidupan yang lain..
kau selalu memiliki pemahaman dan cara pandang yang berbeda..
guratan takdir yang begitu kejam..
percayalah ada kebahagian hadir dari setiap tetes air mata..
biarlah pagi menyapa dengan harapan-harapan baru..
senja hadir dengan pemahaman dan penerimaan yang indah..
bukankah kau selalu berkata bahwa kehidupan teramat kejam bagi kita? tidak itu hanyalah bagi pesakitan..!
suatu hari nanti pasti ada yang indah bila tidak dikehidupan ini mungkin dikehidupan yang lain...
 
percayalah aku selalu merindukanmu merindukan kalian walau itu menyakitiku, tapi kejamnya kehidupan telah membesarkan hatiku, melepaskan kebencian pada seorang ayah, melihat dari sisi yang tidak dilihat orang lain.. 
percayalah tidak hari ini mungkin esok atau lusa, biarlah waktu berbaik hati menyatukan serpihan-serpihan kecil masa lalu menjadi jawaban masa depan...